Pohon Baru dalam Kepalaku
Kemarin pagi, kusemai satu benih
di rimba kenangan dalam kepalaku.
Tepat di sebelah pohonmu yang
telah
lama mengakar di situ.
Masih
sama.
Pohonmu tumbuh subur;
Daundaun merimbun penuh
peristiwa;
Rantingranting menjuntai memisahkan
masa;
Sulursulur yang membelit kita
dari waktu ke waktu;
Dan akarakar yang menyimpan
anganangan masa lalu.
Pohonmu selalu kujaga, kurawat.
Kautahu?
Dedaun yang kering kubuang, agar
kubisa menikmati kenangan dengan tenang.
Reranting rusak kubakar hingga
jadi abu, karna itu menghambat jalan kisah di pohonmu.
Serta tak lupa, tiap malam,
kubawa keluar rumah, bermandikan pijar candra
kusiram pohonmu dengan air mata.
Selepas menyiramimu,
pada malammalam yang sunyi,
sang bayu menggamit dedaunanmu,
gemerisik gesekan daun dan
ranting.
Kita tertawa, berjalan, bercanda,
dari daun ke daun,
menyebrangi rantingranting,
bergelantungan di juntaian
sulursulur waktu.
Aku mengenangmu.
Kemarin siang, benih yang baru
kusemai mulai tumbuh.
Ia akan menjadi satu di belantara
kenangan dalam kepalaku.
Bersama pepohonan lain di situ.
Ya, ia tumbuh di sebelah pohonmu.
Kurasa, ia akan jadi pohon yang
mengakar dalam sepertimu,
punya daun yang indahindah,
ranting yang menguatkan,
dan sulur yang saling mengikat
erat.
Tadi malam, sebuah daun merekah
di rantingnya.
Tadi malam, maaf, aku tak
menyiram pohonmu dengan air mata.
Lampung,
24 Agustus 2017.
0 comments:
Post a Comment