https://picsart.com/i/image-wdw-wdwedit-talk-listen-293334369051201 |
Hari ini, siapa,
sih, yang tidak bisa berbahasa Indonesia? Saya rasa, bila seseorang minimal
pernah mengenyam pendidikan dasar, tentulah ia memiliki kemampuan berbahasa
Indonesia. Apalagi sekarang ini, hampir di tiap kesempatan, tempat-tempat umum,
bahasa Indonesia sudah sedemikian biasa digunakan. Para orang tua, bahkan sudah
menanamkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu mereka. Pendek kata,
secara verba, bahasa Indonesia jamak didapati di mana-mana.
Akan tetapi,
apakah pemahaman berbahasa Indonesia yang baik dan benar sudah dimiliki seluruh
lapisan masyarakat kita? Pemahaman yang, tak sekadar verba atau lisan, tetapi
juga menyangkut kaidah penulisannya. Mungkin, sebagian pembaca akan menjawab
‘ya’. Namun, saya kira, lebih banyak akan yang menjawab ‘tidak’. Sebab, memang begitulah adanya kenyataan di
sekitar kita. Kesalahan-kesalahan baik penggunaan diksi yang kurang tepat,
maupun penulisan kata, frasa, atau kalimat yang tak sesuai kaidah berbahasa
Indonesia, beterbaran di sekiling kita. Baik tertempel di dinding toilet, pagar
tembok, plang nama, bahkan merambah ke ranah yang tak terpisahkan dari
kehidupan kita; pesan singkat dan status media sosial.
Dari pertanyaan
di atas, kemudian timbul satu pertanyaan dasar: Mengapa itu bisa terjadi?
Baiklah, di sini saya memiliki tiga jawaban yang saya kira melatarbelakangi
masalah tersebut.
Alasan pertama,
adalah merasa bahwa memakai bahasa Indonesia terkhusus dalam penulisannya yang
sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik dan benar, itu tidak terlalu penting
atau perlu. Siapa sih, yang akan mempermasalahkan kalau berkirim pesan memakai
kata yang disingkat-singkat, atau ketika berbicara menggunakan diksi yang
kurang tepat akan dipermasalahkan oleh lawan bicara kita, yang terpenting, kan,
maksud dan tujuan yang tersampaikan, kira-kira begitulah pikiran orang yang
masuk ke dalam alasan pertama tersebut.
Alasan kedua,
adalah ketidaktahuan. Tentu tidak semua orang tahu dan mengerti kaidah
berbahasa yang baik dan benar menurut Pedoman Umum Ejaan Berbahasa Indonesia, pun apa-apa saja
diksi yang tepat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Untuk alasan kedua ini,
kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Sebab ketidaktahuan memiliki banyak
faktor yang menyebabkannya. Bisa saja orang tersebut jarang membaca, sekolahnya
terputus di tengah jalan, atau tinggal di tempat terpencil yang penguasaan
berbahasa Indonesia-nya minim.
Alasan ketiga,
sekaligus yang paling fatal, adalah ketidakpedulian. Alasan ini jelas saja
berhubungan dengan kedua alasan sebelumnya. Dari merasa tak perlu-perlu sekali,
muncul rasa tidak peduli atas aturan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dari rasa tidak tahu, juga bisa memunculkan ketidakpedulian untuk memperbaiki
atau menggali bagaimana kasalahan-kesalahan tersebut diperbaiki. Pun, saya
kira, alasan inilah yang paling banyak menjadi dasar atas kesalahan-kesalahan
berbahasa yang terjadi di sekitar kita.
Jangankan
memedulikan mana yang benar antara ‘jomblo’ dan ‘jomlo’, sementara yang sudah
amat akrab diucapkan adalah kata yang pertama. Yang paling menggemaskan,
penggunaan partikel ‘di’ disambung dan dipisah pun masih banyak sekali yang
belum paham. Padahal, saya kira, aturan tersebut dasar sekali. Sebagaima tujuan
adanya aturan dalam berbahasa, bila dilanggar, tentu saja menghasilkan arti
yang tak tepat, atau paling tidak membuat tak nyaman orang yang mengerti
manakala mendapatinya di satu tempat atau di satu kesempatan.
Benar kalau di
kehidupan sehari-hari, aturan-aturan tersebut tidak terlalu memengaruhi.
Seperti yang terjadi pada alasan pertama, dalam hal berkomunikasi, asal yang
menjadi lawan bicara atau berkirim pesan paham, maka kesalahan-kesalahan itu
tak penting adanya. Dan memang, kepedulian atas kesalahan-kesalahan tersebut,
jamaknya diperhatikan dalam ruang lingkup akademisi atau formal; kampus,
sekolah, lembaga-lembaga, dan instansi pemerintahan serta perusahan.
Akan tetapi,
bukankah akan indah sekali manakala kita berbahasa Indonesia, terkhusus dalam
penulisannya, dengan memperhatikan aturan-aturan yang berlaku? Bahasa ini milik
kita, sudah sepatutnya kita merawat dengan memperdalam ilmu berbahasa yang baik
dan benar, lantas mempraktikkannya di kehidupan sehari-hari.